Selasa, 15 November 2016

Permainan Domikado



Domikado
Permainan domikado adalah permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak  di daerah Jawa Barat. Permainan ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kognitif anak yang memainkannya, juga melatih daya ingat serta dan aspek motorik anak. Karena dalam permainan ini terdapat beberapa pengetahuan seperti nama buah, nama binatang, dan negara.
Sekarang kita bahas dulu bentuk mainan tepuk-tepuk tangan diiringi lagu-lagu.
  • Domikado
Permainan Domikado ini memerlukan kira-kira empat orang atau lebih untuk memainkannya. Caranya, anak-anak tersebut membentuk lingkaran dan meletakkan telapak tangan kanannya secara terbuka di atas telapak tangan kiri teman sebelahnya. Setelah itu, permainan dimulai dengan cara menepuk telapak tangan kanan teman sebelahnya, yang diletakkan di atas telapak tangan kiri dia sendiri. Teman yang ditepuk, menepuk sebelahnya lagi dan seterusnya.
Sambil menepuk itu, semua orang dalam lingkaran menyanyikan lirik : Do mi ka do, mi ka do, es ka, es ka do, es ka do, be a, be, o… cip.. cip.. one, two, three, four.
Setiap satu silabel menandai satu tepukan per orang, kecuali bagian cip cip, yang mana orang yang ditepuk akan ditepuk dua kali. Bagian cip cip ini juga tidak standard, karena di beberapa tempat, bisa mengalami perubahan kata. Bisa prit, prit atau cit, cit. Nah, pada bagian one, two three, FOUR…, orang yang akan ditepuk untuk kata FOUR, harus menyebutkan nama samaran yang dia pilih. Kemudian dia keluar dari lingkaran, begitupun selanjutnya hingga tersisa 2 orang saja. Ketika anak sudah tersisa dua orang maka permainan dilanjutkan dengan tepukan yang berbeda. Dimana mereka saling berhadapan sambil bernyanyi “pikacu” pikacu.. pika pika yes-yes.. pika pika yes yes.. pika pika lumba-lumba.. pika pika lumba-lumba.. pika pika suitan...
Setelah itu mereka bersuitan dan yang menang bisa memilih nama samarannya terlebih dahulu.
            Permainan dilanjutkan dengan mencari nama samarannya dan nama samaran temannya yang diketahui pemiliknya selama 5 menit. Kemudian nama samaran itu di cek, dan pemimpin permainan mengecek kembali jawaban yang di berkan benar atau tidak. Ketika jawaban itu benar dan sempurna maka orang tersebut yang menjadi pemenangnya.
http://unida.ac.id, 

Sabtu, 12 November 2016

Integritas Moral Hasil Pendidikan

Sungai tak lagi bening bahkan mengering, batu-batunya pun tak lagi menyembul membuat riakan air melukis keindahan, memercikan teriakan panggilan kepada kami untuk menceburkan diri, membasuh keringat, bermain hanyut-hanyutan. Ohh kenangan masa kecilku, dengan tetumbuhan yang rimbun, hijau menyegarkan mata, dengan pematang sawah yang di tumbuhi sayuran tumpang sari, dengan gotong royongnya masyarakatnya yang kuat. Kini, semua itu hanya ada dalam kenangan.
Ya perubahan...perubahan zaman atau perilaku orang yang mengisi zamannya?
Berbagai cara melalui kajian dan pendidikan dan pelatihan di tempuh untuk mengembalikan alam seperti sedia kala. Hasilnya tak sanggup sesuai harapan, padahal pengetahuan manusia saat ini sudah teramat canggih, dunia sains dan pendidikan saat ini sudah sanggup membuka ruang, dunia maya misalnya sanggup mendekatkan jarak komunikasi menjadi mudah dan dekat.
Namun, yang membingungkanku hari ini, dengan berbagai kecanggihan yang ada, moral perilaku yang bernama manusia semakin terasa semakin menurun. Ya, kini dekadensi moral begitu nampak dan terasa, hasil pendidikan yang canggih terkadang digunakan untuk melakukan kejahatan, mengeksploitasi alam mengubah fungsi lahan tak sesuai dengan yang seharusnya. Bukankan Al-Quran mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi ini di sebabkan oleh ulah manusia (QS. Al-Baqarah:30). Dalam pola fikir ku yang lemah ini, Allah berpesan kepada kita sebagai Khalifah di bumi ini untuk terus menjaga kelestarian alam, berlaku adil dalam segala hal, termasuk pada diri sendiri, laksanakan Hablum minallah, Hablum minannas,Hablum minal alam.
Sebaik-baiknya untuk kelangsungan hidup dan kehidupan yang lebih itu tak harus mengorbankan bagian lain yang mempunyai hak sama untuk keberadaan nya. Bukankah di situ letak fungsi pendidikan? Merubah yang buruk menjadi baik, membangun yang belum ada menjadi ada, dan yang penting tetap memelihara yang telah menjadi baik serta yang sudah baik di tingkatkan lagi ke arah yang lebih baik hingga pendidikan akan menjadi cermin sikap manusia yang memang berpendidikan, sikap perilaku yang menunjukan adil dan bijaksana dalam berbicara, berbuat, dan bertindak serta moral perilakunya memang moral manusia seutuhnya. Kata kuncinya bawalah agama dan keimanan mu kemanapun ketika kita melangkah dan bertaqwalah kepada Allah dimanapun kita berada.
Universitas Djuanda, Dillah Idohatul Hilal, November 2016http://unida.ac.id